Pojok Review - Ada banyak cerita tentang perjalanan waktu ke masa lalu, dari masa depan. Hasilnya, dongeng perjalanan antar ruang dan waktu, menghasilkan kisah-kisah penjelajah waktu menjadi populer. Hal ini juga yang menjadi premis utama dari film DC EU rilisan Warner Bros di tahun 2023 lalu, The Flash.
The Flash adalah superhero yang memiliki kecepatan luar biasa, karena begitu cepatnya sehingga waktu yang bergerak menjadi "kalah cepat" sehingga terasa berbeda bagi The Flash. The Flash menghadirkan kecepatan hingga ia sampai ke tempat 5 dimensi, di mana ia melihat waktu memanjang dan memendek di sekelilingnya. Keadaan ini seperti ketika seseorang berada di blackhole dan "lubang cacing" yang memungkinkan seseorang melakukan perjalanan melalui ruang dan waktu.
Cukup rumit, bukan? Yah, ada fenomena dilatasi (yang disinggung Einstein dalam teori relativitasnya), di mana waktu menjadi mengalami anomali bentuk dan "ukuran", karena The Flash begitu cepat, lebih cepat dari cahaya.
Intinya, dari semua yang terjadi tersebut, The Flash kembali ke masa lalu, ketika ibunya masih hidup. Ia ingin melakukan sesuatu agar ibunya tetap hidup, sehingga ia tidak terlahir sebagai seorang yatim piatu. Namun, perlu diingat bahwa konsep kausalitas berlaku. Apa yang dilakukan di masa lalu, akan berpengaruh signifikan di masa depan.
Yah, Barry Allen, manusia di balik topeng The Flash, menyadari bahwa masa depannya menjadi kacau karena ada hal yang diubahnya di masa lalu. Ia ingin ibunya hidup, maka ia perlu mengubah hal tertentu. Pengubahan tersebut akan menjadikan hal-hal lain yang terjadi karena konsep kausalitas.
Barry Allen bolak-balik dari masa satu ke masa yang lain, untuk mencoba memperbaiki apa yang telah dirusaknya. Kejadian bolak-balik ini menghasilkan beberapa semesta paralel, menghadirkan ada banyak alternatif karakter The Flash (maupun Barry Allen). Pembicaraan tentang teori multiverse ini mengaitkan sejumlah elemen mekanika kuantum yang dirujuk untuk menjabarkan keberadaan alternatif karakter maupun semesta paralel.
Namun, ketika menonton The Flash ini, maka apa yang teringat paling awal adalah sebuah paradoks yang disebut grandfather paradox. Paradoks kakek ini secara simpel bisa digambarkan lewat bagan di bawah ini.
Secara singkat, ada seorang yang membuat mesin waktu. Lalu, ia menggunakan mesin waktu tersebut untuk kembali ke masa lalu, ketika kakeknya masih muda. Ia melakukan sesuatu yang menjadikan kakek tersebut terbunuh. Maka, kakeknya tidak menikah, dan orang tuanya juga tidak pernah dilahirkan. Karena itu, ia juga tidak pernah lahir, dan mesin waktu tidak pernah diciptakan. Itu berarti, ia tidak pernah bisa ke masa lalu. Bahkan, ia pun tidak pernah ada. Lantas, bagaimana dengan dia yang sekarang berada di masa lalu tersebut? Bagaimana bila dia kembali ke masa depan? Tentunya, ia menyadari bahwa dirinya tidak pernah terlahir, bukan?
Begitu juga apa yang dilakukan The Flash untuk menjadikan ibunya tetap hidup. Ibunya meninggal karena berada di rumah sendirian, dan diserang oleh perampok. Semua itu terjadi ketika ia masih kecil. Lebih sial lagi, ayahnya yang kembali ke rumah, menemukan istrinya meninggal, justru dituduh sebagai pelaku pembunuhan tersebut.
Barry ingin mengubah kenyataan tersebut, maka ia berlari dengan sangat kencang dan hingga bisa kembali ke masa lalu. Ia menyelamatkan ibunya dari kematian di masa lalu, maka semuanya menjadi baik-baik saja. Ibunya tidak meninggal, dan ayahnya tidak dipenjara.
Ketika ia kembali ke masa depan, ternyata semuanya menjadi kacau. Ketika Jenderal Zod datang untuk menghancurkan bumi, ternyata Superman tidak ada, Batman juga tidak ada, dan saat itu dunia sedang baik-baik saja. Tidak ada perampok yang merampok rumah Barry Allen, maka the Flash pun tidak ada. Maka, bumi hancur saja karena Jenderal Zod tidak memiliki lawan sepadan.
Barry kembali lagi ke masa lalu, dan mencoba mengubah hal lainnya. Semakin ia mengubah, maka keadaannya semakin kacau. Sedikit saja perubahan di masa lalu, maka masa depan akan berubah drastis. Hal ini sebenarnya menjadi pengejawantahan dari Butterfly Effect.
Konsep kausalitas, butterfly effect, mekanika kuantum, teori relativitas dan lubang cacing adalah konsep berbeda. Namun, semuanya dicampur dalam The Flash, serta "dilebih-lebihkan". Namun, grandfather paradox menjadi hal yang sangat menarik dalam paparan teoritis yang menjadi sumber penulisan naskah The Flash.
Maka, premis film yang super ribet dengan multiverse dan permainan ruang dan waktu ini sebenarnya cukup sederhana. Premisnya, bila Anda mengubah satu hal saja di masa lalu, maka Anda akan mengubah hal siginifikan di masa depan. Karena itu, seharusnya apapun yang terjadi saat ini pada diri Anda mesti diterima tanpa terpikir untuk mengubah masa lalu.
This post have 0 komentar