close

Sunday, July 07, 2024

author photo
Ilustrasi Mutilasi

PojokReview - Bulan September 2013, seorang ahli forensik terbaik Indonesia bernama dr. Mun'im Idris, Sp.F berpulang karena penyakit di pankreas yang dideritanya. Beberapa bulan sebelum meninggal, ahli forensik terbaik yang pernah dimiliki Indonesia ini menulis sebuah buku berjudul Indonesia X-Files, Mengungkap Fakta dari Kematian Bung Karno sampai Munir.


(Tertarik memiliki buku ini, Anda bisa mendapatkannya di Shopee lewat link di bawah ini:)

Indonesia X-Files
Versi cetak (klik di gambar)

Ada banyak kasus menarik dibahasnya di buku tersebut, tentunya dari kematian Bung Karno, sampai aktivis HAM Munir. Juga ada beberapa kasus lain yang menarik seperti kasus Robot Gedhek, kematian model cantik Ditje Budimulyono, sampai kematian aktivis buruh Marsinah. Semuanya dikupasnya tuntas, dengan harapan para pembaca juga memiliki perspektif lain untuk para pelaku yang beberapa di antaranya masih belum tertangkap. 


Tapi, ada satu kasus yang paling mengerikan dan sadis tertulis dalam buku tersebut. Kasus ini yang menurut Pojokreview adalah kasus pembunuhan paling sadis dan mengerikan di Indonesia. Dan lebih mengerikannya, pelakunya masih belum tertangkap hingga saat ini. Bagaimana kasusnya?


Kasus ini dikenal dengan nama Setiabudi 13, karena terjadi di Jalan Sudirman, Setiabudi, Jakarta Selatan. Angka 13 didapat dari jumlah potongan tubuh yang ditemukan di tempat itu. Yah, 13 potongan tubuh dari satu orang yang sama. Benar-benar mengerikan, bukan?


Intinya, ini adalah kasus mutilasi yang dengan sengaja disiarkan oleh pelakunya pada publik umum. Mayat yang sudah terpotong hingga 13 potong ini ditemukan pada tanggal 23 November 1981, di trotoar jalan Sudirman, Setiabudi. Potongan tubuh itu diletakkan di dua buah kardus besar, di tepian jalan yang sangat padat dan ramai. Seakan-akan, pelakunya ingin menyiarkan kejadian itu pada dunia.


Dua orang satpam yang bekerja di kantor Garuda Mataram Motor sudah melihat kardus itu dari pagi. Kardus itu terletak di depan kantor tersebut, tepat di trotoarnya, dekat dengan jembatan penyebrangan orang. Semua yang sedang menyeberang lewat jembatan itu, atau menggunakan kendaraan melewati jalan tersebut, sudah pasti melihat kardus itu. Tapi, ada bau aneh -amis dan busuk- sangat menyengat.


Adalah dua orang pemulung, yang pertama mengambil kardus itu. Alasannya, mereka ingin menjual kardus tersebut karena ukurannya yang besar. Mereka sadar, kardus itu terlalu berat. Saat mereka buka, saat itulah mereka berdua berteriak. Teriakan yang memanggil semua orang di sekitar situ, juga menghentikan sejenak padatnya lalu lintas salah satu daerah tersibuk di Jakarta Selatan itu.


Apa isinya? Yah, satu kardus berisi kepala manusia dan beberapa potong tulang. Sedangkan satu kardus lagi berisi daging yang sudah dikuliti, beserta organ dalam tubuh manusia. Semuanya berada dalam plastik, sebelum dimasukkan ke kardus.


Polisi lalu lintas yang ada di sekitar situ awalnya mengira daging yang ada di kardus satu lagi adalah daging sapi. Tapi, melihat organ dalam yang masih utuh, serta melihat kepala yang ada di kardus satu lagi, tidak salah lagi, itu adalah potongan tubuh manusia.


Saat itu juga, potongan tubuh itu dibawa ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta Pusat. Dan saat itulah, ahli forensik legendaris Indonesia yang bekerja di RSCM, almarhum dr. Abdul Mun'im Idris Sp.F bersua dengan korban yang sudah terpotong 13 bagian itu.


Temuan berikutnya lebih mengerikan. Setelah melakukan otopsi, dr Mun'im Rais menyatakan bahwa korban ini tidak hanya dibunuh dan dipotong-potong. Tapi juga dikuliti, dan dagingnya dikelupas dari tulangnya. Bagian yang utuh hanya organ dalam seperti paru, hati, dan limpa. Juga wajah dan telapak tangan. Bagian lain sudah dikuliti dan dikelupas.


Hasil otopsi dr Mun'im Rais sudah cukup lengkap. Dia melakukan profiling terhadap korban, hasilnya; korban berusia 18-21 tahun, tinggi badan 165 cm, tubuh sedikit gemuk, tegap, punya tahi lalat di beberapa titik tubuhnya, dan memiliki penyakit bernama fimosis.


Ahli forensik legendaris itu juga menyebut bahwa pembunuhan itu dilakukan menggunakan gergaji besi, dilakukan lebih dari satu orang, serta pembunuhan dilatarbelakangi dendam. Wajah korban sangat jelas terpapar, karena tidak "dirusak" pelaku. Sidik jarinya juga masih sempurna, karena bagian telapak tangan juga tidak dirusak pelaku.


Petunjuk lain, para pelaku melakukan mutilasi pada korban dalam waktu paling lama 4 jam. Itu berarti para pelaku cukup ahli dalam urusan memotong, sampai membedah korban. Karena rata-rata ahli forensik saat melakukan otopsi korban dengan menggunakan alat-alat canggih dan tajam pun, membutuhkan waktu sekitar lebih dari 2 jam untuk melakukannya. 


Tidak hanya itu, petunjuk lain yang diarahkan tim forensik masih cukup banyak. Tubuh korban diletakkan di dalam kardus setelah tanggal 19 Agustus 1981, sesuai dengan adanya koran sore dengan tanggal segitu menjadi alas bagi plastik berisi tubuh korban. 


Juga ada dua buah plastik, yang digunakan untuk membungkus tubuh korban. Satu plastik adalah plastik bekas pembungkus buku yang dibeli di toko di Jalan Pasar Baru, Jakarta Pusat. Begitu juga plastik satu lagi yang berada di kardus berikutnya. Plastik itu adalah plastik supermarket yang berada di Jalan Pasar Baru.


Dengan data sebanyak itu, anehnya, kasus itu tidak terungkap. Bahkan sampai hari ini. Saat itu, anehnya ada ada ratusan orang yang melaporkan kehilangan anggota keluarga seperti ciri-ciri korban. Dan tidak ada satupun di antara mereka yang cocok dengan korban. Berita ini menjadi headline utama di berbagai koran sampai akhirnya hilang ditelan bumi.


Versi E-book (klik di gambar)


This post have 0 komentar

Next article Next Post
Previous article Previous Post