PojokReview - Sebuah novel yang ditulis oleh Friedrich Durrenmatt berjudul A Dangerous Game (Permainan Berbahaya) segera jadi populer di tahun terbitnya, 1956. Sebelumnya, karya ini adalah sebuah naskah sandiwara radio yang kemudian diubah menjadi prosa. Saat menjadi prosa, sejumlah penghargaan sastra salah satunya dari surat kabar Tribune de Lausanne segera menghampiri karya ini.
Ceritanya unik dan mendebarkan, bisa dibilang cukup mengerikan. Ada seorang salesman yang sukses dan menjadi kaya, tiba-tiba di perjalanan mobilnya mendapatkan masalah sehingga harus berhenti. Salesman itu, bernama lengkap Alfredo Traps, menemukan sebuah rumah yang dihuni oleh empat orang tua, seorang yang bisu, dan seorang wanita muda yang cukup aneh, meski cantik jelita.
Intinya, karena tidak bisa pulang, maka salesman tersebut harus menginap di rumah itu. Dan sebagai syaratnya, salesman tersebut harus mengikuti permainan yang digelar empat orang tua tersebut. Ternyata, permainan yang dimaksud adalah "pengadilan". Empat orang tua tersebut adalah pensiunan hakim, pensiunan jaksa, pensiunan pengacara, dan satu lagi adalah pensiunan algojo. Katanya, permainan tersebut ditujukan untuk mengisi waktu tua mereka. Dan tentunya, tamu mereka mendapat peran menjadi terdakwa.
Seharian diisi dengan jaksa yang mencoba mengulik-ngulik masa lalu terdakwa dan pada akhirnya ketika permainan dimulai, jaksa melayangkan tuduhan yang serius pada terdakwa. Terdakwa dituduh telah membunuh bosnya, sehingga saat ini menjadi CEO di perusahaannya.
Sialnya, awalnya terdakwa yang merasa pengadilan tersebut hanyalah permainan, terus mencoba mengelak dari setiap tuduhan yang dilancarkan. Sayangnya, jaksa terlalu cerdas dan juga telah mengulik terlalu banyak kehidupan terdakwa. Sampai akhirnya, semua tuduhan terbukti bahkan bukti-bukti diajukan pada hakim. Terdakwa benar-benar terkejut ketika hakim menjatuhkan vonis hukuman mati terhadapnya. Algojo sudah dari tadi bersiap dengan tali untuk menggantung terdakwa.
Diadaptasi ke Film Bollywood Tapi Tak Memenuhi Ekspektasi
Kisah yang cukup mengerikan di atas nyatanya dialih wahanakan menjadi film (ekranasi) oleh sejumlah sineas India. Dulunya, tahun 1971, film ini dibuat oleh sineas India di Marathi dengan judul "Shantata! Court Chaale Aahe. Tahun 2015, giliran sineas di Kannada (India) membuat film berdasar novel ini dengan judul Male Nilluvavarege. Berlanjut di Bengali, dengan judul Anusandhan di tahun 2021. Terakhir, giliran "bollywood" alias industri film "teratas" di India yang melanjutkan estefet dengan merilis film Chehre.
Chehre dalam bahasa Indonesia berarti wajah. Dan film "Wajah" ini dimulai dengan pidato panjang tentang hukum oleh bintang utama film ini, Amithabh Bachchan. Amitabh Bachchan memerankan Lateef Zaidi yang merupakan pensiunan jaksa. Didampingi dengan Dhritiman Chatterjee sebagai Jagdish Acharya seorang pensiunan hakim. Berikutnya, ada Annu Kapoor yang berperan sebagai Paramjeet Singh Bhuller seorang pensiunan pengacara. Lalu, sebagai pelengkapn 4 serangkai pensiunan, ada nama Raghubir Yadav sebagai Hariya Jatav, mantan algojo.
Korbannya kali ini adalah Emraan Hashmi yang memerankan Sameer Mehra, seorang CEO di sebuah perusahaan merketing dan advertising di Delhi. Ia tadinya di perjalanan melihat sebuah tanda penunjuk jalan, dan bertemu "jalan pintas" yang menyebut bisa lebih pendek ke Delhi. Bila lewat kanan perlu menempuh 280 km ke Delhi, maka lewat kiri (jalan pintas) hanya perlu menempuh 200 km saja.
Namun jalan pintas itu bukannya membuat ia menjadi lebih cepat mencapai tujuan. Justru Sameer nyaris jadi korban pohon yang rubuh tepat di depan mobilnya. Hasilnya, Sameer tak bisa melangkah maju, dan beruntung ia bertemu dengan Paramjeet Singh Bhuller (mantan pengacara) yang sedang melintas. Bhuller segera mengajak Sameer ke rumah temannya, dan di sana ada keempat pensiunan praktisi hukum telah menantinya.
Kedatangan Sameer disambut hangat, dan ada Anna Mathew (Rhea Chakraborty) seorang wanita muda yang cantik namun agak misterius yang diminta menyambut tamu satu ini. Keempat praktisi hukum meminta agar Sameer menjadi terdakwa di permainan "pengadilan-pengadilanan" yang akan mereka gelar malam nanti. Tentunya, sebagai agen marketing dan advertising, Sameer merasa hidupnya baik-baik saja dan tidak pernah melanggar hukum. Apalagi, keempat pria tua itu juga tidak mengenalnya. Meski awalnya enggan, Sameer akhirnya menyetujui permintaan keempat pria tua itu.
Betapa terkejutnya Sameer bahwa kasus yang dituduhkan padanya adalah kasus pembunuhan. Jaksa Zaidi menuduh Sameer membunuh bosnya, GS Oswal (diperankan oleh Samir Soni) untuk mendapatkan jabatan CEO di perusahaannya sekarang. Tentu saja, Sameer tertawa dan jaksa Zaidi terus bersikeras untuk membongkar kasus itu.
Lalu, semakin lama justru semakin terbongkar bahwa Sameer memang benar "mengeksekusi" kematian bosnya sendiri. Sameer jatuh cinta pada istri bosnya, bernama Natasha Oswal (diperankan oleh Rhea Chakraborty) yang kemudian merencanakan "pembunuhan" itu. Sameer bersikeras bahwa mantan bosnya meninggal karena serangan jantung. Lagi pula, bosnya memang pemarah dan gila kerja. Tidak ada satupun yang menyukai bosnya.
Apalagi, ada tiga orang yang juga sama-sama ingin menduduki posisi SEO tersebut. Jadi, Sameer bersikeras, bukan hanya dia yang punya motif untuk membunuh.
Tapi jaksa Zaidi terus mendesak Sameer, hingga akhirnya terbongkar bahwa Natasha Oswal sudah memberi tahu Sameer tentang penyakit jantung yang diderita suaminya. Suaminya bahkan sudah pernah beberapa kali terkena serangan jantung tersebut, dan para dokter mengatakan bila terkena sekali lagi dan terlambat diobati, maka GS Oswal akan meninggal.
Adakah yang lebih mengejutkan ketimbang mendapatkan fakta bahwa istri tercintanya selingkuh dengan lelaki lain? Apalagi, lelaki tersebut adalah bawahannya sendiri?
Suatu hari yang cerah, ketika GS Oswal sedang bermain golf ditemani istrinya dan seorang caddy golf, Sameer datang ke sana dan mengirimkan video dirinya dan Natasha Oswal sedang berhubungan intim. Hal itulah yang membuat GS Oswal benar-benar terkejut dan kehilangan keseimbangan hingga jatuh. Natasha Oswal segera berteriak agar caddy yang menemaninya segera memanggil dokter.
Namun, ternyata Natasha Oswal sudah menyiapkan cara untuk memastikan suaminya meninggal. Ia menyuntikkan pottasium ke tubuh suaminya. Karena itulah, suaminya meninggal di tempat karena serangan jantung, tepat beberapa menit saja sebelum dokter tiba ke tempat itu.
Bagi Jaksa Zaidi, Sameer telah merencanakan sebuah pembunuhan, dan berada di lokasi serta ikut mengeksekusinya. Setidaknya, Sameer justru berdiam diri ketika Natasha Oswal menyuntikkan sesuatu ke jempol kaki suaminya. Tentunya, hal itu membuat hakim menjatuhkan hukuman mati terhadap Sameer.
Sameer sudah ketakutan sejak awal, sejak ia terdesak dan semua fakta-fakta kematian bosnya diungkap oleh jaksa. Ternyata, ia masih menyimpan sebuah pistol kecil milik Natasha Oswal yang membuatnya hampir saja melukai keempat pria tua itu. Beruntung, ada seekor anjing peliharaan bernama Tiger yang menyerangnya, sehingga tembakannya justru melukai anjing malang tersebut. Setelah merusak kunci pintu, Sameer berlari ketakutan ke luar rumah. Sayangnya, sedang ada badai salju dan hal itu membuat Sameer terperosok ke jurang yang tadinya tertutupi salju.
Di akhir cerita, seorang wanita yang ternyata Natasha Oswal berkunjung ke rumah tersebut. Ia datang karena ingin mengambil mobil dan ponsel milik Sameer. Ia diberi tahu polisi Delhi bahwa kunci mobil dan ponsel berada di rumah itu. Dan, keempat pria itu membujuk Natasha Oswal untuk menginap semalam di sana, karena sebentar lagi akan badai. Tentunya, keempat pria itu juga mengajak Natasha Oswal untuk mengikuti sebuah permainan "mengasyikkan" yang akan digelar malam nanti.
Kritik terhadap film Chehre
Meski demikian, kritik tersebut sebenarnya ditujukan pada plot film yang terlalu lama dan bertele-tele di 41 menit pertama. Tepatnya, sebelum masuk ke pengadilan. Meski para kritikus tidak menyebutkan, namun poin minus juga didapat dari CGI yang digunakan di film ini benar-benar "mengganggu mata". Amitabh Bachchan juga terlalu banyak bermonolog panjang, terpanjang di awal film (hampir 10 menit) dan di akhir film (setelah sidang, sekitar 7 menit).
Renuka Vyavahare dari The Times of India menyebut bahwa "Big B (julukan Amitabh Bachchan) terlalu banyak memberikan kuliah sastra Hindi dan hukum di film tersebut". Sedangkan Archita Kashyap di Firstpost menulis bahwa "di zaman serba cepat seperti saat ini, film ini terlalu berkhotbah".
Empat pemain film senior yang menjadi empat pensiunan praktisi hukum tersebut, dianggap masih kurang mampu mengangkat naskah Chehre. Itulah kenapa Shubra Gupta menulis di The Indian Post, bahwa plot film yang terlalu lama tersebut justru merusak kinerja para pemeran yang sebenarnya bermain baik (bahkan luar biasa). Bahkan, menurut Shubra Gupta, aktor kawakan dan senior seperti Amitabh Bachchan pun tak mampu "mengangkat" film tersebut. Film Chehre juga mendapatkan rating 6,6 dari IMDB. Sedangkan di Rottentomatoes hingga saat ini masih mendapatkan satu dari lima bintang, dengan total 11 suara.
Kebanyakan penonton akan terlelap ketika menyaksikan 41 menit pertama dari film ini. Justru, peran Anna Mathews (diperankan oleh Rhea Chkraborty) sebagai wanita misterius sebenarnya sangat mencuri perhatian. Sayangnya, peran tersebut tidak begitu signifikan di film ini. Begitu juga dengan Joe Cost, kakak Anna Mathews (diperankan oleh Siddhanth Kapoor) yang sebenarnya bisa mendukung plot, namun karena bisu sehingga tidak bisa berbuat banyak. Amitabh Bachchan tentunya terlalu mendominasi film ini sejak awal hingga akhir.
This post have 0 komentar