PojokReview.com - Anda pasti sudah sering mendengar pernyataan yang berbunyi, orang cerdas kalah dengan orang tekun, orang tekun kalah dengan orang beruntung. Namun, di mana bagian yang salah?
Yah, bagian yang salah adalah membedakan antara orang cerdas, dengan orang tekun, dengan orang beruntung. Seakan ketiganya adalah orang yang berbeda. Coba kita lihat dari tiga variabel tersebut;
- Orang cerdas
- Orang tekun
- Orang beruntung
Apakah orang cerdas berarti bukan orang tekun, juga bukan orang beruntung? Apakah orang tekun juga bukan orang cerdas dan beruntung? Dan apakah orang beruntung itu bukan orang cerdas dan tekun? Seorang yang menang di olimpiade Matematika misalnya, bisa kita katakan orang beruntung, tapi apakah dia tidak cerdas dan tekun?
Pernyataan ini menjadi sangat ambigu. Seakan-akan semua orang mengandalkan keberuntungan untuk menang. Entah memenangkan apa, karena bagi sebagian besar orang, hidup memang sebuah kompetisi. Setidaknya, mereka bertarung dengan ego mereka sendiri. Bila seseorang menang, katakanlah melawan egonya, apakah itu hanya karena dia seorang yang beruntung?
Setidaknya, kita bisa mengatakan bahwa kemenangan, didapatkan dari 99% perjuangan, dan 1% keberuntungan. Hanya satu persen pembeda, bagi orang-orang yang sudah melakukan perjuangan yang sama. Sama-sama 99 persen. Faktor keberuntungan itu benar-benar tidak bisa dijadikan landasan kemenangan seseorang.
Indonesia meraih medali emas di Olimpiade, itu memang karena 1% keberuntungan. Tapi 99% sisanya adalah kecerdasan dan ketekunan. Apakah, Anda mau mengatakan bahwa Taufik Hidayat misalnya, tidak lebih cerdas dan tekun di bidang bulutangkis ketimbang lawan-lawannya?
Kemenangan memang menjadi milik orang yang beruntung. Tapi tidak hanya mengandalkan keberuntungan. Karena kemenangan ialah milik orang-orang yang berjuang, berbakat, cerdas, dan tekun. Orang-orang seperti itu adalah orang yang "layak" menang. Untuk mengangkat trofi, mereka hanya butuh satu persen keberuntungan.
Bila melihat ilustrasi di atas, maka pernyataan yang benar adalah seperti ini:
Orang yang tekun saja akan kalah dengan Orang yang cerdas. Tapi, orang yang cerdas saja akan kalah dengan orang yang cerdas dan tekun. Orang yang cerdas dan tekun juga bisa dikalahkan oleh orang yang cerdas, tekun, sekaligus beruntung. Begitu yang lebih tepatnya.
Tidak bisa orang yang "beruntung" saja. Memang ada kasus di mana seorang yang "beruntung" saja, mengisi sembarangan lembar jawaban ujian, namun keluar sebagai seorang dengan nilai tertinggi. Tapi, kembali lagi ke pandangan objektif kita, apakah itu adalah "kemenangan"?
Lewat pernyataan di atas, bisa kita katakan bahwa seorang yang cerdas, tekun, serta beruntung (bisa jadi terlahir di keluarga kaya, punya banyak jaringan, dan sebagainya) memang bisa menang. Karena hidup lebih sering tidak adil pada manusia. Tapi, bila seseorang yang beruntung (katakanlah terlahir kaya dan punya previlege lainnya) tapi tidak cerdas dan tekun, ia bisa saja dikalahkan oleh orang cerdas, tekun, tapi kurang begitu beruntung. Asalkan, ada perencanaan yang matang dan tepat. Yah, lagi-lagi persepsi "kemenangan" bagi setiap orang juga berbeda-beda, bukan?
This post have 0 komentar