PojokReview.com - Sosok yang berdiri di pinggir lapangan ketika Arsenal terus takluk beberapa pertandingan terakhir di Primer League terus menjadi sorotan. Dia adalah Mikel Arteta, yang baru saja sembuh dari Covid-19 pertengahan tahun lalu, dan sekarang menghadapi kenyataan bahwa klub yang dilatihnya terpuruk di dasar klasemen.
Tentu saja, tulisan ini tidak akan membahas tentang awal yang buruk bagi Arsenal di Liga Inggris. Tapi, lebih ke sosok Mikel Arteta. Di usianya yang baru 39 tahun, ia sudah dipercaya menukangi klub tradisional Inggris, Arsenal. Karirnya cemerlang, ia menjadi legenda Arsenal, Glasgow Ranger, dan Everton. Ia adalah pemain bola asal Spanyol yang berposisi sebagai gelandang serang.
Tapi Mikel Arteta disebut sebagai pemain sepakbola hebat yang lahir di waktu yang salah. Kenapa bisa demikian? Tidak hanya Arteta, nama lain seperti Carlo Cudicini (eks kiper Chelsea), hingga Stefan Klos (kiper legendaris Borrussia Dortmund).
Kenapa para pesepakbola legendaris ini disebut lahir di waktu yang salah? Berikut ulasannya.
Mikel Arteta
Sosok yang sekarang menukangi Arsenal ini adalah salah satu gelandang terbaik yang dimiliki Spanyol. Ia adalah jebolan La Masia, bersama Xavi dan Iniesta. Ketika direkrut ke Arsenal sebagai pemain di tahun 2011, Arteta mencapai puncak kesuksesannya. Ia bahkan dipercaya menjadi kapten di klub asal London tersebut.
Sebelumnya, ketika ia bermain di Everton, ia menjadi pemain terbaik tahunan Everton dari tahun 2005, hingga 2007. Ia juga menjadi gelandang terbaik versi Sky Sports tahun 2006. Arteta juga berhasil meraih treble winner bersama Glasgow Rangers di tahun 2002-2003, dengan memenangkan Liga Primer, Piala Liga, dan Piala Skotlandia.
Tapi, ia tak pernah sekalipun dipanggil ke timnas senior Spanyol. Bahkan, ketika Spanyol berhasil menjadi juara Piala Dunia 2010 dan Piala Eropa 2012, ia tidak ada di skuat Spanyol, bahkan di tim cadangan sekalipun. Kenapa? Yah, ia lahir di waktu yang kurang tepat.
Ia menjadi gelandang serang Arsenal, sekaligus menjadi kapten, dan mencapai puncak karirnya berbarengan dengan era keemasan pemain gelandang Spanyol. Bayangkan saja, ia harus bersaing dengan nama-nama seperti Andres Iniesta, Xavi Hernandes, Cesc Fabregas, Juan Mata, Xabi Alonso, Sergio Busquets, David Silva, Jesus Navas, dan Javi Martinez.
Carlo Cudicini
Era kebangkitan Chelsea menjadi raja di Liga Primer Inggris dimulai pada tahun 2000. Saat itu, Chelsea meraih Community Shield. Kemudian, menjadi jawara Liga Primer Inggris tahun 2004 dan 2005. Juga menjadi jawara piala liga Inggris di tahun 2004 dan 2006. Sekaligus juara piala FA di tahun 2006.
Saat itu, ada peraih Golden Gloves Goal Keeper of the Year di liga Inggris. Dia adalah Carlo Cudicini. Salah satu kiper terbaik Italia, yang mengantarkan Chelsea menjadi raja Inggris di era awal 2000-an. Tapi, lagi-lagi, Carlo Cudicini lahir di waktu yang tidak tepat.
Ia hadir bersamaan nama-nama kiper legendaris Italia, seperti Gianlugi Buffon, Franscesco Toldo, dan di lapis ketiga ada nama Peruzi. Cudicini akhirnya tidak pernah dipanggil ke Timnas Italia hingga ia pensiun di LA Galaxy.
Stefan Klos
Masih di posisi kiper, kali ini kita beralih ke legenda Borussia Dortmund yang juga pernah berseragam Glasgow Rangers, Stefan Klos. Tidak main-main, Stefan Klos mengantarkan Borrusia Dortmund menjadi jawara Bundesliga tahun 1994 dan 1995, juga menjadi jawara Eropa di Liga Champions tahun 1996. Tahun 1997, Dortmund meraih piala interkontinental.
Pindah ke Glasgow Rangers, Stefan Klos masih banjir prestasi. Trebel winner di tahun 2002 menjadikan Klos dipercaya di bawah mistar Rangers dan menjadi kapten tim. Namun, legenda Dortmund ini justru bernasib kurang baik di Timnas Jerman.
Penyebabnya adalah, ia juga lahir di waktu yang tidak tepat. Di era keemasannya, nama-nama kiper terbaik dunia asal Jerman juga meraih masa keemasan. Nama Oliver Khan tentunya nyaris tak tergantikan sebagai kiper nomor satu Jerman, dan pelapisnya adalah Jens Lehman. Di lapis tiga, masih ada nama Hans-Jorg Butt. Hasilnya, Stefan Klos tak pernah sekalipun dipanggil ke Timnas Jerman hingga ia pensiun.
This post have 0 komentar