Keluarga Michael Morton yang ditimpa kejadian tragis |
PojokReview.com - Sejak tahun 2013, di Amerika khususnya di Texas, telah disahkan undang-undang bernama Texas Senate Bill 1611 yang lebih sering disebut sebagai "Hukum Morton" atau "Hukum Michael Morton". Undang-undang ini mengatur bahwa semua penyelidikan polisi harus dilakukan secara terbuka. Selain itu, aparat hukum juga diperbolehkan mengakses barang bukti yang dipegang kepolisian. Hal itu ditujukan agar tidak ada orang yang salah dihukum atas apa yang tidak diperbuatnya.
Kenapa undang-undang tersebut dinamakan Hukum Morton? Ternyata, hal tersebut berawal dari sebuah kisah tragis yang menimpa lelaki bernama Michael Morton warga Texas, Amerika Serikat. Kisah tragis tersebut secara lengkap ditulisnya di buku berjudul Getting Life dan diterbitkan di tahun 2014.
Michael Morton adalah warga kota Austin, Texas. Ia bekerja di sebuah kantor swasta, penghasilan menengah, serta memiliki keluarga kecil dengan anak berusia 5 tahun. Semuanya terasa baik-baik saja, hingga tahun 1986, sebuah kejadian malang terjadi padanya.
Pada saat itu, bulan Agustus 1986, Michael Morton baru saja pulang kerja sore hari. Sehari sebelumnya, ia merayakan ulang tahun pernikahannya dengan sang istri. Ia bilang lewat pesan tertulis di kertas sebelum pergi kerja pukul 05.30 pagi. Ia mengatakan bahwa ia sangat mencintai istrinya, namun cukup kecewa karena malam tadi tidak sempat berhubungan suami istri.
Setelah menulis pesan itu, ia bekerja dan baru pulang sore harinya. Sebuah pemandangan mengejutkan terjadi ketika ia baru sampai di rumah. Rumahnya dipenuhi polisi. Lebih mengejutkan lagi, ia mendapati kabar bahwa istrinya meninggal dunia, karena dibunuh secara sadis. Kepalanya ditutup dengan bantal, lalu dihantam habis-habisan dengan menggunakan tongkat baseball.
Malang bagi Michael Morton, pesan cinta yang ditulisnya pagi hari sebelum bekerja itu justru dijadikan polisi sebagai motif pembunuhan istrinya. Yah, Morton dituduh membunuh istrinya karena menolak berhubungan badan.
Polisi memeriksa catatan kriminal Morton dan nyatanya bahkan Morton tidak pernah sekalipun melanggar hukum di hidupnya. Bahkan pelanggaran lalu lintas sekalipun juga tidak pernah.
Tidak butuh waktu lama, Michael Morton dipenjara. Tidak hanya itu, Michael Morton dibawa ke pengadilan dan divonis hukuman penjaran 25 tahun. Ia bahkan kehilangan hak asuh anaknya yang masih berusia 5 tahun. Lebih malangnya, semua orang mengatakan pada anaknya bahwa ayahnya adalah seorang pembunuh.
Ketika Michael Morton sudah divonis penjara, polisi justru menemukan sebuah bandana berlumuran darah di sekitaran rumahnya. Kemudian, polisi meminta barang itu dikirim ke laboratorium. Jaksa daerah menolak mentah-mentah, meski polisi mengatakan akan menanggung semua biaya. Hingga kuasa hukum Michael Morton mengirimkan sampel darah ke Combined DNA Index System (CODIS) yang menyatakan bahwa darah itu milik orang lain. Kebetulan, orang yang dimaksud adalah seorang pelaku kriminal yang baru saja bebas dari penjara.
Beberapa bulan setelah itu, Morton masih mendekam di penjara ketika ada satu kejadian yang sangat mirip terjadi lagi. Korbannya juga seorang wanita muda, yang sedang sendirian di rumah karena suaminya bekerja. Saat itu juga ada banyak pihak yang berpikir bahwa Morton sebenarnya adalah korban salah vonis.
Belum lagi sebelumnya, pihak pengadilan mengatakan akan memberikan keringanan hukuman pada Morton apabila ia mengaku melakukan kejahatan tersebut. Morton lebih memilih dipenjara 25 tahun daripada harus mengakui apa yang tidak ia perbuat.
Salah seorang aparat hukum menemukan bahwa ada pernyataan anak Morton yang mengatakan pembunuh ibunya adalah seorang monster mengerikan. Namun, monster itu bukan ayahnya. Namun karena ia masih berumur kecil, maka pernyataannya tidak dijadikan bukti yang bisa meringankan Morton. Bahkan, bukti itu justru disembunyikan dari pengacara Morton, termasuk Morton itu sendiri.
Michael Morton setelah keluar dari penjara |
Semakin waktu berjalan, para penegak hukum yang masih penasaran dengan kasus ini menemukan banyak hal lain yang justru menegaskan bahwa Morton tidak bersalah. Pertama, beberapa tahun setelah pembunuhan istri Morton, kartu kredit milik istrinya justru digunakan oleh orang lain. Padahal, Morton sedang ada di penjara.
Kedua, di TKP pembunuhan ditemukan DNA lain yang bukan milik Morton. Tapi, justru DNA itu cocok dengan darah yang ditemukan di bandana berlumuran darah.
Proses pemeriksaan dan pengungkapan siapa pelaku sebenarnya berjalan dengan lambat. Penyebabnya, ada banyak bukti yang disembunyikan dan proses penyelidikan sangat tertutup. Hingga akhirnya, setelah semua bukti-bukti terkumpul, waktu sudah berjalan hingga 25 tahun. Sangat tidak terasa.
Michael Morton akhirnya dibebaskan, namun segera melakukan sidang pembuktian bahwa dirinya tidak bersalah. Dari deretan bukti yang dihadirkan, dewan hakim akhirnya memutuskan bahwa Morton tidak bersalah. Hasilnya, hakim meminta maaf atas ketidakadilan yang menimpa Michael Morton. Jaksa yang menuntut Morton serta menolak penyelidikan ulang kehilangan lisensinya, juga dipenjara selama (hanya) 10 hari. Penjahat yang sebenarnya tertangkap dan didakwa atas dua kasus pembunuhan.
Hasilnya, Gubernur Texas tahun 2013 mengesahkan Hukum Michael Morton yang disusun atas ketidakadilan yang menimpa Michael Morton. Undang-undang ini diharapkan menjadikan tidak ada Michael Morton berikutnya yang harus menderita di penjara padahal tidak bersalah.
This post have 0 komentar