pojokreview.com - Anak muda saat ini tengah gandrung-gandrungnya mencoba "peruntungan" di bermain saham. Apalagi penyebabnya kalau bukan impian untuk mendapatkan kekayaan dan kemapanan dalam waktu singkat, biaya yang tidak begitu besar, pekerjaan yang tidak begitu menguras tenaga fisik, dan sebagainya. Untuk era "mager" seperti saat ini, tentunya peruntungan dari bermain saham akan sangat menggairahkan.
Belum ditambah akun-akun yang menawarkan keuntungan besar lewat bermain saham. Sejumlah screenshoot menampilkan (lebih tepatnya memamerkan) keuntungan yang jumlahnya tidak sedikit. Tapi, yah, yang ditampilkan dan dipamerkan selalu bagian "untung" dan selalu adem ayem ketika sedang rugi. Memang benar bahwa saham bisa membuat Anda mengembalikan modal dengan jumlah yang fantastis. Namun syaratnya adalah, yah modal Anda juga mesti fantastis.
Rata-rata dari pemain saham ini mendapatkan keuntungan paling besar adalah 20% return, dalam waktu satu tahun. Yah, satu tahun. Bila seseorang mengeluarkan modal hingga Rp100 miliar, maka dalam satu tahun, apabila ia adalah orang yang sangat berbakat dan outstanding dalam urusan "persahaman", maka ia bisa mendapat return hingga Rp120 miliar. Keuntungan hingga Rp20 miliar itu didapatkan karena modalnya adalah Rp100 miliar. Nah, bagaimana bila modalnya hanya Rp100 ribuan? Yah jelas, keuntungannya hanya Rp20 ribu, per tahun! Itupun kalau jago.
Apakah salah dengan bermain saham? Tentunya tidak. Sangat tidak salah, malahan. Tapi, jangan terpedaya dengan akun yang menjual mimpi bisa membeli pesiar dengan modal kecil untuk bermain saham. Anda hanya akan gigit jari selama bertahun-tahun. Satu lagi, bermain saham itu berarti Anda sudah benar-benar tahu bahwa satu produk punya nilai interinsik yang mesti dianalisis. Anda juga tahu kapan seharusnya Anda menjual satu produk, dan kapan tidak menjualnya sama sekali. Itu karena Anda bisa menganalisis momentum yang tepat untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar.
Di mana belajar semua itu? Tentunya dengan berbisnis. Meski Anda kuliah di jurusan manajemen bisnis, ekonomi, dan sebagainya, tentunya Anda mesti turun dulu ke lapangan untuk melihat realita yang ada. Pedagang gorengan yang ingin belajar cara berbisnis, pada akhirnya mampu mendapatkan keuntungan lebih dari 50% modalnya selama satu bulan. Yah, satu bulan. Bandingkan dengan 20% per tahun sebelumnya.
Jangan-jangan, anak muda yang bermain saham itu justru karena ingin menghindari pekerjaan yang tidak keren seperti penjual gorengan. Intinya adalah, berbisnis dulu baru main saham. Dengan demikian, ada banyak hal yang Anda pelajari sebelum akhirnya memutuskan untuk "mengorbankan" yang lebih banyak lagi. Dalam berbisnis, Anda akan merasakan sakitnya merugi, juga nikmatnya keuntungan yang berlipat. Berbisnis berarti Anda akan belajar konsistensi dan disiplin waktu, karena kalau tidak, kerugian besar akan siap mengintai Anda. Apalagi bila Anda sudah punya kantor, pegawai, dan cabang dari usaha "kecil-kecilan" Anda. Itu berarti, Anda mampu me-manage pemasukan Anda untuk diputar kembali menjadi modal mengembangkan usaha.
Bila Anda sudah banyak belajar dan makan asam garam dunia bisnis, mulailah bermain saham. Begitu alurnya yang tepat, jadinya Anda bisa menjadikan saham tadi sebagai investasi masa depan Anda. Jangan terbalik, bermain saham dulu, lalu kalau nanti dapat keuntungan, dipakai untuk modal berbisnis. Itu adalah hal yang keliru dan bisa membuat Anda gigit jari saja sepanjang waktu.
This post have 0 komentar