PojokReview - Serie A menjadi liga yang paling banyak ditonton di seluruh dunia pada era 90-an hingga 2000-an. Setelah itu, pesona Liga Italia selalu kalah bersinar dengan Liga Inggris, Liga Spanyol, hingga Liga Jerman. Dalam dua dekade masa keemasannya tersebut, selalu ada 7 klub yang memiliki lebih banyak sorotan, antara lain Juventus, AC Milan, Inter Milan, Lazio, AS Roma, Fiorentina, dan Parma.
Tapi, selain 7 klub itu, ada satu klub lagi yang kerap menyusahkan klub-klub tradisional di Liga Italia. Klub tersebut adalah Chievo Verona. Bahkan, Juventus, AC Milan dan Inter Milan selalu kesulitan mencuri poin di kandang Chievo Verona, Stadion Marc Antonio Bentegod. Saat itu, sekitar awal 2000-an ketika Chievo Verona bahkan baru saja promosi ke Serie A.
Pemain muda berbakat dari Chievo Verona menjadi pemain tangguh yang menjadikan Chievo Verona berada di posisi ke-5 pada musim 2001-2002. Nama-nama pemain seperti Lupatelli, Legrottaglie, Marazzina, Perotta, dan striker Bernardo Corradi menjadi nama yang mencuat bersama dengan penampilan Chievo Verona yang mencengangkan. Nama manajer mereka Luigi Del Neri menjadi sosok berjasa yang membuat klub berjuluk The Flying Donkey ini menembus kompetisi Eropa (UEFA Cup sekarang Euro Cup) di musim pertama pasca promosi.
Enam musim beruntun, Chievo Verona menjadi kuda hitam yang berbahaya di Serie A. Namun semuanya akan berakhir. Klub tersebut bangkrut, dan akhirnya dibubarkan.
Telah berjuang hingga detik terakhir
Chievo Verona bukannya tidak berjuang. Sampai detik terakhir ketika mereka dibubarkan, manajemen klub tetap mencoba semua jalan terbaik untuk tetap bertahan. Chievo Verona degradasi ke Serie B di akhir 2000-an, kemudian karena masalah keuangan, klub ini terlempar ke Serie D.
Masalah keuangan dimulai dari pajak dan hutang yang tertunggak dan menggunung. Klub tersebut tak mampu membayarnya, apalagi melunasinya. Setelah terdepak ke Serie D, rival dari Hellas Verona ini mesti memutar otak untuk menyelamatkan klub tersebut dari kebangkrutan.
Cara satu-satunya adalah mencari sponsor. Sebelum itu terjadi, CoViSoc (administrasi liga Italia) menyatakan bahwa the Flying Donkey tidak lulus administrasi untuk mengikuti Serie D musim 2021-2022.Chievo Verona belum menyerah, mereka mengajukan banding ke CONI.
Hasilnya masih cukup memberi pukulan bagi manajemen klub. Klub diberi waktu selama dua bulan untuk mendapatkan sponsor dan investor baru. Apabila tidak, maka Chievo Verona akan dilikuidasi.
Masih dalam rangka mencari sponsor dan investor baru, Chievo Verona memercayakan nama Sergio Pellissier. Mantan striker dan kapten Chievo Verona di era 2000-an itu ditunjuk sebagai pencari investor bagi klub yang sudah diambang karam tersebut. Upaya terakhir dari manajemen klub juga benar-benar gagal.
Pellissier sudah mendatangi banyak pengusaha di Italia untuk investasi di klubnya. Namun, satupun tidak ada yang tertarik. Dua bulan telah berlalu, dan tak ada investor yang terjaring. Chievo Verona sudah iklas, mereka sudah ada di ujung jalan.
Maka Chievo Verona resmi dibubarkan. Entah sampai kapan nanti, jelas tidak ada lagi klub dengan logo di sisi kiri pakaian dan warna kuning dominan itu. Juga tidak ada lagi derby keras Verona antara Chievo melawan Hellas Verona. Klub yang pernah mengukir sejarah dengan mengejutkan klub-klub besar Liga Italia itu akhirnya tutup buku.
This post have 0 komentar