PojokReview.com - Pernahkah Anda mengeluh ketika banyak nyamuk di rumah? Bunyinya yang berdesing, kemudian sesekali hingga di kulit lalu menghisap darah, tentu menyebalkan sekali bukan? Ditambah lagi para nyamuk ini membawa berbagai jenis penyakit, mulai dari kaki gajah, malaria, sampai demam berdarah.
Lebih kesal lagi ketika racun nyamuk dibakar, ternyata nyamuknya tidak juga pergi. Justru kita yang jadi batuk-batuk karena racun nyamuk bakar, tapi nyamuknya tidak juga kunjung pergi. Jadi kesal dua kali.
Racun nyamuk yang digunakan biasanya adalah DDT. DDT atau Diklorodefiniltrikloroetana adalah jenis senyawa yang digunakan untuk membunuh serangga, terutama nyamuk. DDT pertama kali diperkenalkan pada tahun 1940-an dan menjadi salah satu racun serangga paling paten untuk mengusir nyamuk dari rumah.
Salah satu jenis nyamuk yang kerap menyusahkan adalah nyamuk malaria. Nyamuk malaria atau anopheles (betina) menjadi salah satu jenis nyamuk yang kerap menyerang di musim panas, karena bereproduksi dalam jumlah banyak. Dan racun nyamuk tadi tentunya sangat ampuh untuk mengusir mereka... dalam waktu sebentar.
Kemudian, racun nyamuk yang biasa kita gunakan ternyata sudah tidak ampuh lagi. Apa yang sebenarnya terjadi?
Evolusi era modern
Evolusi seperti yang dipaparkan dalam teori Darwin, nyatanya masih terjadi hingga saat ini. Evolusi yang tak kasat mata seperti evolusi virus Corona, sedangkan evolusi yang "tampak" terjadi pada nyamuk.
Jadi, Anda bisa mengambil kembali racun yang digunakan pada tahun 1940-an dan gunakan pada hari ini, maka dijamin nyamuk tidak akan pergi. Kenapa? Karena nyamuk saat ini sudah kebal terhadap racun terdahulu.
Itulah kenapa produk atau brand racun nyamuk mesti terus berevolusi untuk melawan nyamuk yang semakin kuat tersebut.
Prosesnya terjadi seperti ini, nyamuk-nyamuk yang lebih sensitif dengan DDT tersebut akan mati, sedangkan nyamuk yang punya "antibodi" terhadap racun itu akan tetap hidup. Maka yang tersisa selanjutnya adalah nyamuk-nyamuk yang punya ketahanan lebih kuat terhadap DDT, merekalah yang kemudian menurunkan generasi baru nyamuk yang punya daya tahan terhadap racun jauh lebih kuat.
Untuk mengusir nyamuk yang punya kekuatan lebih tersebut, maka sejumlah ilmuwan kembali bereksperimen untuk menciptakan racun yang lebih kuat lagi. Maka selanjutnya kejadian yang sama terulang kembali. Nyamuk yang lebih lemah daya tahannya akan mati, dan nyamuk yang punya ketahanan terhadap racun tersebut akan lanjut bereproduksi.
Hal itu terus berulang hingga nyamuk-nyamuk yang ada saat ini semakin kuat daya tahannya terhadap DDT. Inilah yang disebutkan Darwin sebagai "natural selection of evolution". Jadi, bila mengacu ke prinsip seleksi alam tersebut, racun serangga kimia hanya akan berlaku untuk waktu yang terbatas, selanjutnya harus kembali di-upgrade agar mampu melawan nyamuk yang lebih kuat.
This post have 0 komentar