Wabah penyakit yang pernah menyerang Nusantara sebelum Corona |
Bahkan sejak beberapa abad silam, Nusantara yang berada di bawah kekuasaan kolonial Belanda juga berkali-kali terserang wabah penyakit yang mematikan, dengan korban tewas mencapai jutaan orang. Penanganan yang kurang tepat bahkan cenderung ogah-ogahan dari pemerintah kolonial saat itu menimbulkan angka kematian yang sangat besar.
Bahkan ada istilah "menunggu giliran mati" yang menghantui Nusantara sekitar abad ke-20.
Wabah apa saja yang begitu mengerikan dan mencabut jutaan nyawa di Nusantara?
1. Pes Hitam
Wabah Pes Hitam di Eropa |
Penyakit pes hitam menjadi pendemik di dunia yang menyerang sistem imun. Berbeda dengan pneumonia, pes hitam (sering disebut septikemia) ini adalah jenis "pes yang paling mematikan".
Ketika serangan wabah pes hitam menyerang seluruh dunia, total 75 juta korban tewas, bahkan sebelum sempat teridentifikasi. Sepertiga penduduk benua Eropa ludes.
Mengerikannya, penyakit pes hitam ini membuat korbannya meninggal dalam keadaan yang sangat buruk, yakni tubuhnya menghitam. Dan, wabah ini mendarat ke Nusantara sekitar tahun 1910 dan baru selesai ditangani tahun 1939, atau sekitar 29 tahun!
Total korban meninggal mencapai ratusan ribu jiwa dengan anga terbesar berada di Jawa Timur. Era tahun 1930-an, puluhan ribu korban berjatuhan di Jawa Barat. Langkah yang diambil pemerintah kolonial adalah mendirikan Geneeskundige Dienst alias Dinas Kesehatan Umum. Dinas inilah yang kemudian ditunjuk untuk menangani penyakit pes hitam ini.
Sayang sekali, dokter asal Eropa justru menolak pasien pribumi dan mengobati hanya orang Eropa saja. Ditambah lagi, dokter-dokter tersebut tidak mau turun ke lapangan, untuk mencari orang-orang yang terdeteksi. Justru mereka hanya menunggu di rumah sakit.
Beruntung Indonesia punya Dr. Tjipto Mangunkusumo dan rekan-rekan dokter Jawa asal STOVIA. Mereka datang ke kampung dan mengobati serta memberikan vaksinasi, sehingga penyakit tersebut bisa selesai penyebarannya akhir dekade 1930-an.
2. Cacar
Wabah Cacar |
Ketika pertama kali sampai dan menyerang warga di Aceh (beberapa kasus juga terjadi di Bali dan Sulawesi), pasiennya justru dianggap "kesurupan" alias kemasukan jin jahat. Karena bisa menimbulkan "kesurupan" bagi orang lain, maka pasiennya akan diusir dari desa, dan akhirnya meninggal entah dimana.
Sampai akhirnya, sekitar tahun 1644, cacar tiba di Batavia, lalu meluas ke berbagai daerah. Puluhan ribu korban tercatat di mana-mana, mulai dari Jawa Barat, sampai Bali. Tahun 1781, penyakit tersebut menyebar luas ke seluruh daerah lain di Nusantara.
Sayang sekali, obat dan lain-lain belum ditemukan, sehingga korban terus berjatuhan. Tahun 1900-an, pemerintah kolonial mulai mengembangkan program pembuatan vaksin, lalu beberapa waktu kemudian, vaksinasi mulai dilakukan.
3. Malaria
Nyamuk penyebar Malaria |
Begitu mengerikannya, hingga ratusan ribu jiwa meninggal akibat wabah Malaria. Korban tersebar di Pulau Jawa, Sumatera, Bali dan sekitarnya. Presiden Soekarno bahkan mendirikan Dinas Pembasmian Malaria yang bertujuan khusus untuk menangani masalah itu.
Saat itu, masyarakat juga kembali teringat akan serangan pes hitam dan cacar, sampai kalimat "menunggu giliran mati" kembali muncul di permukaan. Beruntungnya, kabar baik muncul di tahun 1959, ketika proses vaksin, pengobatan massal, penyemprotan dan sebagainya dilakukan besar-besaran untuk memberantas malaria di Nusantara.
Hari pertama penyemprotan tersebut dilakukan di Yogyakarta, tanggal 12 November 1959 oleh Bung Karno secara simbolis. Itulah yang menjadikan tanggal tersebut diperingati sebagai hari Kesehatan Nasional.
This post have 0 komentar